Umat Kristiani Perlu Bersyukur Kebebasan Beragama Dijamin

×

Umat Kristiani Perlu Bersyukur Kebebasan Beragama Dijamin

Sebarkan artikel ini

Gereja-gereja di DKI Jakarta dan seluruh wilayah Indonesia menyelenggarakan misa, Sabtu dengan seruan antara lain agar umat Kristiani bersama komponen bangsa Indonesia lainnya harus bersyukur karena kebebasan beragama di Tanah Air dijamin negara. <p style="text-align: justify;">"Umat Kristiani bersama bangsa Indonesia harus bersyukur karena di negeri ini kebebasan beragama dijamin," kata Uskup Agung MR Ignatius Suharyo saat menyampaikan pesan Natal pada misa Pentifikal di Gereja Katedral. <br /><br />Namun, kata Suharyo, ternyata kebebasan agama itu tidak bisa menyelesaikan segala-galanya. <br /><br />Uskup Agung mengatakan tantangan hidup semakin kompleks bersama dengan perkembangan zaman. <br /><br />Maka kebebasan beragama, menurut dia, tidak hanya dilihat dari kebebasannya saja, tetapi harapannya adalah supaya agama sungguh-sungguh memperbaharui kehidupan. <br /><br />Misa di Gereja Katedral, yang lokasinya bersebelahan dengan Masjid Istiqlal, berlangsung sejak pukul 06.00 WIB, dipimpin oleh Romo Stephanus Bratakartana dan diikuti sekitar ratusan pengikut Katolik. <br /><br />Sejak pukul 05.30 WIB, umat Katolik memenuhi ruangan Gereja Katedral dan tempat duduk di luar ruangan yang telah disediakan panitia perayaan Natal. <br /><br />Perayaan Natal di Gereja Katedral tahun ini bertema "Belajar dari Keluarga Kudus Nasaret, Tunduk Kembangkan Kasih Dalam Keluarga". <br /><br />Di lokasi yang berbeda, pengikut Katolik telah memadati Gereja Santo Yoseph, Matraman, Jakarta Timur, sejak pukul 06.00 WIB untuk mengikuti misa yang diselenggarakan pukul 07.00 WIB. <br /><br />Di kawasan Glodok, Jakarta, misa Natal di Gereja Katolik Maria de Fatima dimulai pukul 07.30 WIB dipimpin Pastor Suhud Budi, SX. <br /><br />Dalam pesan Natalnya, Pastor Suhud meminta umat Kristiani untuk meneladani kehidupan Keluarga Kudus dari Nazareth yaitu Bunda Maria dan Yesus dalam kehidupan sehari-hari. <br /><br />Dia mengatakan keteladanan Keluarga Kudus seperti keakraban dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. <br /><br />"Keluarga diajak untuk melandaskan keteladanan Keluarga Kudus dalam kehidupan dan karakter doa sehari-hari sehingga tercipta kenyamanan dan kebahagiaan dalam keluarga," katanya. <br /><br />Selanjutnya, misa pagi di Gereja Protestan Paulus, Jakarta Pusat, dimulai pukul 06.00 WIB diikuti sekitar seratusan pengikut Protestan. <br /><br />Pendeta Ana Rondo Wokas berharap para korban bencana alam yang masih hidup di pengungsian dapat menikmati kegembiraan Natal tahun ini. <br /><br />"Mari doakan para korban bencana alam yang masih hidup di pengungsian dapat merasa kegembiraan seperti kita yang rasakan saat ini," kata Pendeta Ana dalam khutbahnya. <br /><br />Ia juga berharap para korban bencana alam segera kembali ke tempat tinggalnya dan menjalani kehidupan yang normal kembali. <br /><br />Di Gereja Kristen Protestan "Jemaat Kasih Kristus" di Jalan Debes, Kota Denpasar, para jemaat mulai dari anak-anak hingga dewasa khusuk melakukan kebaktian yang sebagian besar mengenakan pakaian khas Bali. <br /><br />Pendeta I Wayan Sukanada dalam khotbahnya mengatakan umat manusia di dunia ini agar dapat memberikan kasih sayang kepada semua manusia tanpa membedakan ras dan suku. <br /><br />"Cinta kasih yang diturunkan oleh Kristus akan membawa kedamaian bagi kita semua. Karena cinta kasih ini menjadi kerinduan umat di dunia," ujar Pendeta I Wayan Sukanada. <br /><br />Namun untuk berbuat seperti itu, menurut dia, tidak mudah dan tantangannya selalu berat serta penuh resiko. <br /><br />Dari Palu, pendeta Gereja Sidang Jemaat Allah "Gibeon", Denius Wololi mengatakan Natal adalah momentum yang tepat bagi umat nasrani untuk melakukan koreksi dan evaluasi diri. <br /><br />Di hadapan ratusan jemaat yang mengikuti kebaktian, pendeta Wololi mengatakan tidak ada seorang manusia pun yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. <br /><br />"Kita ini bukan manusia yang sempurna. Kita harus berusaha untuk hidup dengan lebih baik. Banyak kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan baik disadari maupun tidak. Karena itu jadikanlah Natal sebagai saat yang tepat bagi kita semua untuk mengevaluasi, dan mengkoreksi agar ke depan hidup semakin lebih baik lagi," katanya. <br /><br />Artinya, menurut dia, makna Natal yang adalah kasih dan damai itu harus dibagikan kepada orang lain. <br /><br />Dikatakannya, jangan sampai Natal sekadar pesta dan perayaan, melainkan hari yang sangat khusus bagi umat kristiani untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, gereja, dan sesama manusia. <br /><br />Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya meminta seluruh masyarakat di wilayah kepulauan ini agar memanfaatkan hari raya Natal 2010 dan Tahun Baru 2011 sebagai ajang perdamaian antarumat beriman, beragama dan bermasyarakat. <br /><br />"Manfaatkan kesempatan ini untuk saling mengunjungi, saling memaafkan dan sekaligus menyatukan tekad dan semangat serta bergandengan tangan dan terus melakukan aktivitas membangun daerah dan bangsa ini," katanya di Kupang. <br /><br />Agar Natal benar-benar menjadi ajang perdamaian, katanya, maka seluruh komponen masyarakat menciptakan suasana kehidupan yang tertib, aman, damai dan harmonis di seluruh wilayah ini, sehingga pelaksanaannya berjalan lancar. <br /><br />Situasi dan kondisi yang aman selama ini, kata Gubernur Lebu Raya, harus tetap dijaga dan dipertahankan dengan menjauhi tindakan atau perbuatan yang menggangu jalan perayaan hari raya ini. <br /><br /><strong>Pengamanan </strong><br /><br />Untuk mengamankan pelaksanaan misa di sejumlah gereja pada Hari Raya Natal 2010, aparat kepolisian dikerahkan untuk berjaga-jaga di sekitar gereja. <br /><br />Di Gereja Katedral, Jakarta, misalnya, satu unit mobil Gegana telah disiagakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga. <br /><br />Wakasat Brimob Polda Metro Jaya AKBP Iman Wahyudi menekankan bahwa pengamanan tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. <br /><br />"Sedikitnya 345 personel diturunkan bertugas di sekitar Gereja Katedral, Sawah Besar, Jakarta Pusat," katanya. <br /><br />Selain aparat kepolisian, unsur masyarakat juga turut serta mengamankan pelaksanaan misa di Gereja Katedral. Unsur masyarakat ini, di antaranya Forum Pemuda Muslim Maluku (FPMM). <br /><br />Pengamanan di sekitar Gereja Santo Yoseph dilaksanakan secara terpadu antara Kepolisian, TNI, dan unsur masyarakat sekitar di antaranya dalam wadah Sistem Komunikasi Masyarakat (Siskomas) dan Kelompok Sadar Masyarakat. <br /><br />Pelibatan unsur masyarakat untuk mengamankan jalannya ibadah Natal dan Tahun Baru di Gereja Santo Yoseph, rutin dilaksanakan setiap tahun. <br /><br />Salah seorang warga yang tergabung dalam Siskomas, Sunanto mengatakan menjaga gereja saat kegiatan berlangsung adalah bentuk dari kepedulian warga sekitar. <br /><br />"Ini kegiatan setiap tahun, dan kami peduli terhadap lingkungan kami. Kami ingin semua aman," kata pria berpeci ini, saat ditemui di gerbang Gereja Santo Yoseph, di sela-sela obrolannya dengan petugas Polsek Matraman. <br /><br />Selain dari Siskomas, sejumlah orang yang tergabung FPMM yang berdomisili di sekitar kawasan Matraman, tampak berjaga-jaga di depan gerbang gereja dan sebagian di antara mereka turut mengatur arus lalu lintas. <br /><br />Kapolsek Metro Matraman, Komisaris Polisi Uyun Rafei memuji kepedulian masyarakat ini dan berharap pelaksanaan misa Natal dapat berjalan dengan khidmat, tanpa suatu gangguan apa pun. <br /><br />"Elemen masyarakat kita libatkan juga untuk membantu pengamanan. Kita berikan rasa tanggung jawab saling memiliki. Bahkan sampai lurah, ketua RT/RW juga ikut turun," katanya ketika ditemui di pos penjagaan yang bertempat diluar gereja. <br /><br /><strong>Pohon Natal </strong><br /><br />Perayaan Natal tidak lengkap tanpa Pohon Natal menjulang yang ditempatkan di sudut-sudut gereja. Tahun ini, pohon natal di Gereja Katedral dan Santo Yoseph tampak berbeda dari biasanya. <br /><br />Umumnya, pohon yang digunakan untuk pohon Natal adalah sejenis cemara ataupun cemara tiruan dengan hiasan berwarna-warni. <br /><br />Tetapi di Gereja Katedral pohon Natal dibuat dari botol air mineral plastik bekas, sedangkan di Gereja Santo Yoseph menggunakan gelas plastik bekas. <br /><br />"Pohon Natal ini terbuat dari botol-botol air mineral yang dibawa umat," kata Natalia Iskandar dari Bagian Hubungan Masyarakat Gereja Katedral. <br /><br />Sebanyak sembilan pohon Natal yang tersebar di dalam dan di luar ruang gereja dengan ukuran 2,5 meter hingga tiga meter, ujarnya. <br /><br />"Pohon Natal selain ditaruh di halaman gereja juga ada di dalam gereja seperti di Pastoran dan Gua Maria," kata Natalia. <br /><br />Pohon Natal tersebut dibuat oleh Panitia Natal Katedral sejak dua bulan lalu dengan menggunakan 20 ribu botol sisa air mineral dari berbagai ukuran, katanya. <br /><br />Selain itu, untuk mempercantik pohon Natal dari botol sisa air mineral, dipasang juga buah-buah pinus dengan warna emas. "Buah-buah pinus tersebut dikumpulkan panitia dari daerah Bogor," kata Natalia. <br /><br />Pembuatan pohon Natal dengan menggunakan botol sisa air mineral merupakan konsep daur ulang. <br /><br />"Pohon Natal dengan menggunakan konsep daur ulang juga untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan," katanya. <br /><br />Sementara, di Gereja Santo Yoseph, gelas-gelas bekas air mineral disusun sebagai pohon Natal setinggi sekitar tiga meter. Pohon Natal tersebut diletakkan tepat di depan pintu masuk gereja. <br /><br />Rasa suka cita merayakan hari Natal juga ditunjukkan oleh para warga binaan (narapidana) yang mendekam di lembaga pemasyarakatan (Lapas) dan rumah tahanan negara (Rutan) karena bagi napi yang beragama Kristen diberikan remisi khusus (pengurangan masa hukuman). <br /><br />Data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menujukkan pada Natal 2010 remisi khusus diberikan kepada 7.324 napi di Indonesia. <br /><br />Upacara pemberian remisi itu secara nasional dilaksanakan di Lapas Bekasi Jawa Barat, Sabtu. <br /><br />Dari Rembang, Jawa Tengah, dilaporkan ratusan umat Kristiani di Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus merayakan Natal dengan cara yang unik. <br /><br />Mereka mengadakan pementasan ketoprak berjudul "Wiyosan Noto Agung" yang diperankan 25 warga Katolik dan 20 anggota karawitan lintas agama usai misa Natal. <br /><br />Alunan gending Jawa pun mengiringi perayaan Natal kali ini. <strong>(phs/Ant)</strong></p>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *