Hery Jambri: Tidak Boleh Ada Ormas Radikal di Sintang

oleh
oleh
Heri Jambri, Wakil Ketua DPRD Sintang

SINTANG, KN – Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Kabupaten Sintang, Hery Jambri mengatakan, bahwa Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Sintang sepakat bahwa tidak boleh ada ormas radikal di Kabupaten Sintang.

“Kita sepakat bahwa tidak boleh ada ormas radikal di Sintang ini. Ini yang kami sepakati dalam kepengurusan PIKI ke depan. PIKI juga akan hadir dan bergandengan tangan dengan ormas lainnya seperti ICMI dan ISKA untuk mewujudkan Sintang ini adalah satu kesatuan,” ujar Hery Jambri yang juga merupakan Ketua DPC PIKI Sintang ini beberapa waktu lalu.

Politisi Partai Hanura ini juga menuturkan, untuk program fokus di PIKI ini sudah jelas dalam pelayanan. Pihaknya juga akan mengerakan amal bantuan, mengerakaan jemaat-jemaat gereja, karena PIKI merupakan organisasi lintas gereja.

“Kami semua kristen yang ada di Sintang merupakan satu kesatuan. Selama ini memang terpecah-pecah programnya,  dimana sendiri-sendiri dalam pelayanan, tapi ke depan siapa pun dia orang kristen yang ada di Sintang ini, kita mau bersatu bersama dalam melakukan pelayanan dalam bidak rohani,” terangnya.

Sementara itu, Bupati Sintang, Jarot Winarno merasa bangga dengan pengurus DPC PIKI Kabupaten Sintang. Menurutnya, PIKI ke depan bisa membantu pemerintah dalam segala bidang, tidak hanya dari sisi pelayanan kerohanian.

“Saya bangga PIKI luar biasa. Pengurus sekarang luar biasa. 3 pimpinan dewan masuk semua. ASN senior masuk semua. Pimpinan OPD masuk, luar biasa,” kata Jarot,.

Jarot optimis pengurus baru PIKI yang baru dapat berkontribusi besar untuk Kabupaten Sintang. “Mudah- mudahan nama besar PIKI bisa muncul kembali. Udah lama ndak aktif. ISKA dan ICMI yang sekarang aktif,” harapnya.

Menurut Jarot, pengurus dan anggota PIKI dapat membantu pemerintah mengendalikan inflasi. Terutama produksi barang yang menyebabkan harga naik, telur, sawi, kol, buncis, cabe, terutama.

“Kita harap pengurus dan anggota PIKI untuk tidak bergantung pada satu komoditas saja, seperti sawit. Menurutnya, ada banyak komoditas lain yang bisa dikembangkan seperti kopi dan lainnya,” pungkasnya. (pul)