Petani Sawit Diujung Tanduk

oleh
oleh
Anggota DPRD Sintang, Nikodemus

SINTANG, KN – Nasib petani sawit kini diujung tanduk, pasalnya harga tandan buah segar (TBS) sawit terus merosot ditambah saat ini harga BBM dan bahan pokok melonjak. Jika kondisinya terus seperti saat ini, maka tidak lama lagi akan banyak petani sawit di Kabupaten Kabupaten Sintang yang bangkrut.

Untuk itu pemerintah daerah diminta untuk lebih peka dan memperhatikan kondisi petani dengan melakukan upaya yang ada, meski persoalan ini adalah terkait kebijakan pemerintah pusat. Mengingat sebagian besar di kabupaten ini banyak masyarakat yang menggantungkan ekonominya dari kebun sawit.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Nikodemus mengungkapkan memang pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak soal turunnya harga sawit dan itu kebijakan berada di pemerintah pusat, namun pemerintah daerah tetap harus berbuat dan mendorong masalah tersebut agar kebijakan pemerintah pusat bisa dievaluasi.

“Saya sangat khawatir jika kondisi seperti ini terus, akan terjadi gejolak di masyarakat petani sawit. Pasalnya harga BBM dan bahan pokok sekarang melambung. Maka Pemerintah Daerah sendiri harus mendorong dan berbuat apapun, untuk mempengaruhi pemerintah pusat agar kebijakannya dievaluasi kembali,” kata Nikodemus ketika ditemui di Gedung DPRD Sintang, belum lama ini.

Politikus Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini, menilai untuk saat ini gejolak di petani belum terlalu tampak. Akan tetapi, jika dua sampai tiga bulan kedepan masih seperti ini, maka kondisinya sangat mengkhawatirkan.

“Kalau saat ini, petani sawit masih ada cadangan saldo atau simpanan dari hasil penjualan TBS saat harga tinggi kemarin. Tapi jika terus begini, nasib petani sawit diujung tanduk. Sebeb ketika BBM naik, mala jasa transportasi buah ke PKS naik, bapok naik, secara otomatis harga beli TBS terjun bebas,” ungkap Nikodemus.

Merosotnya harga TBS akan berdampak kemana – mana, termasuk penjual pupuk. Petani otomatis tidak mampu beli pupuk dengan harga TBS yang anjlok. Nasib penjual pupuk pun terancam bangkrut.

“Jadi dampaknya akan luas, ketika daya beli masyarakat turun karena merosotnya ekonomi. Semoga, persoalan ini terus disuarakan dan mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat,” pungkas Nikodemus wakil rakyat dari Dapil Kecamatan Sepauk dan Kecamatan Tempunak ini. (*)