Menimalisir Karhutla, Perlu Libatkan Perhatian Bersama

oleh
oleh

SINTANG, KN – Kemarau panjang membuat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi dimana-mana. Akibatnya kulitas udara di Kabupaten Sintang semakin buruk. Bahkan mendekati berbahaya.

Untungnya, akhir-akhir ini terjadi hujan. Sehingga, hotspot yang saat musim kemarau sangat banyak, jadi menghilang ketika hujan turun.

“Alhamdulilah, sekarang sudah sering hujan, jadi hotspot menghilang. Sebelumnya karena kemarau, kita terkena dampak asap,” kata Gulam Raziq, anggota DPRD Sintang.

Meski demikian, Sintang masih bersatus Tanggap Darurat Darhutla. Penetapan status tanggap darurat Karhutla Kabupaten Sintang selama 15 hari dimulai pada 19 September 2019-03 Oktober 2019. Penetapan ini dipicu oleh kualitas udara yang sangat tidak sehat mulai tanggal 7 September 2019 sampai 18 Desember 2019. Dan jumlah hot spot cukup banyak dan berkelanjutan. Selain itu, keluhan kesehatan akibat asap juga meningkat.

Untuk memadamkan karhutla, Damkar, BPBD, TNI-Polri, BPBD maupun masyarakat saling bahu-membahu. Aksi ini yang diapresiasi Gulam Raziq. Ia menyebut, Karhutla memang harus ditangani bersama.

“Dengan bersinergi, pekerjaan berat akan menjadi lebih ringan,” katanya.

Selain pemerintah maupun TNI-Polri, peran masyarakat juga sangat diperlukan untuk mencegah atau meminimalisir karhuta.

“Tanpa ada kesadaran masyarakat, mustahil karhutla bisa diminimalisir. Ketika masyarakat sudah sadar dan beralih membuka lahan tanpa bakar, pemerintah harus mengambil peran untuk membantu. Supaya, mereka memahami bagaimana mengolah lahan tanpa bakar, namun pertaniannya tetap subur,” ucapnya.

Legislator Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menambahkan, pencegahan karhutla memang tidak bisa diakukan secara instans, tapi harus berkesinambungan. Makanya, sinergisitas instansi di pemerintah daerah sangat diperlukan. Supaya, tujuan program yakni mengubah kebiasaan membakar lahan bisa berhasil dengan baik. (AB)